***
Oke jadi begini...gue ngerasa semakin hari semakin sensitif dengan perkataan orang lain. Kalau ada orang yang ngomong sesuatu dan menurut gue kurang berkenan di hati, pasti gue langsung ngerasa sedih dan sakit hati. Langsung kepikiran bahkan bisa sampai nangis. Memang gue enggak langsung menegurnya, biasanya gue masih bisa tersenyum sama orang itu. Masih bisa ngobrol sama orang itu, bercanda, ngasih perhatian, karena itu semua demi menjaga perasaan dia juga. Walaupun tentu aja, IT'S ALL FAKE! Yes, it's fake.
For example kayak kejadian tadi sore. Dirumah gue lagi kedatengan tamu yaitu tetangga lama yang sekarang udah pindah. Dia udah tante-tante, punya satu anak, dan sebetulnya baik (well, keluarga gue udah kenal dekat sama dia) cuma sayang, dia tukang gosip dan mulutnya rada bawel. Dia kesini ceritanya mau silaturahmi bertemu bokap dan nyokap gue dan datang bersama kekasih serta anak laki-lakinya. Ketika tante itu datang, yang bukain dia pintu adalah gue. Gue menyambut dia dengan hanya menggunakan tank top dan celana boxer pendek. Kita sempet ngobrol sebentar di ruang tamu sementara bokap nyokap belum turun kebawah. Dan...disinilah i get hurt *lebaay*.
Awalnya dia cuma bilang....
Tante: "Oh bibah kuliah yah?"
Gue: "Belum tante, aku masih kelas 3 SMK"
Tante: "Sekolah dimana?"
Gue: "Di Bogor, di SMK Informatika. Swasta tante"
Tante: "Oooh masih sekolah. Kirain malah udah nikah"
*nyesss*
Well sejujurnya pada saat itu gue malah ketawa. Gue fikir dia becanda tapi dari cara dia ngucapin kayaknya sungguh-sungguh banget. Oke mungkin dia emang gatau apa-apa sebelumnya mengingat kita udah lama tidak bertemu. Jadi mungkin asal nebak atau gimana gitu. Cuma pertanyaannya adalah: Apa yang sedang dia pikirkan tentang gue? Sebegitu menyedihkannya kah gue sampai-sampai dia berfikir bahwa gue lebih pantas dibilang sudah menikah di bandingkan sudah besar atau dewasa? (Jujur gue lebih suka dibilang 'sudah besar ya' atau 'udah berubah ya. Pangling ih liatnya'). Sedangkal itukah hidup gue kalau akhirnya harus menikah di usia muda? Helloooo, I'VE A LOTS OF MILLIONS DREAM!!! DON'T YOU KNOW IT, HUH?? Harusnya dia bertanya "kakak siti udah nikah?" karena itu lebih pantas mengingat kakak gue berumur 23 dan bukannya malah gue!!
Tentu saja gue sakit hati, sebab dalam definisi gue, perempuan yang menikah di usia muda (khususnya 17 tahun) adalah mereka yang tidak punya harapan untuk ke depan. Mereka berfikir dengan menikah maka segala macam pengeluaran orang tua jadi berkurang. Orang tuanya tidak perlu menyekolahkan sampai tinggi-tinggi dan otomatis tanggung jawab ortu jadi lebih ringan. Lagipula dalam pandangan gue, menikah di usia muda adalah frame orang-orang yang gagal. Contohnya hamil diluar nikah, kawin paksa, putus sekolah, atau terlibat hutang. Nah sementara gue di setarakan dengan itu? dibilang sudah menikah? oh my god.
Balik lagi ke tante itu. Setelah kejadian tersebut, gue naik ke atas. Dada gue nyesek, kepikiran terus sama oomongan tuh orang. Gue nahan-nahan air mata biar gak jatoh soalnya gue fikir ngapain sih nangis cuma gara-gara dibilang udah nikah doang? konyol, pikir gue. Tapi jujur aja gue sedih karena kenapa gue lebih pantas dibilang udah nikah padahal gue masih punya banyak mimpi? Gue masih ingin meneruskan kuliah di Universitas Indonesia sastra Inggris, gue ingin pergi ke Inggris, gue ingin kerja sebagai penerjemah, penulis novel, dan masih banyak lagi yang gue inginkan.
Gue terlalu sering diremehkan orang-orang. Gue tidak sepintar kakak yang sekarang sudah S1. Gue selalu di pandang sebelah mata apalagi semenjak gue masuk SMK yang salah. Dan lebih kecewanya lagi, orang-orang itu adalah keluarga gue sendiri. Berbeda dengan teman-teman yang selalu mendukung apapun impian gue. Mereka selalu mendorong gue untuk melakukan yang terbaik dan memberikan semangat! Lalu kemana dong orang-orang yang selama ini gue anggep udah kayak saudara sendiri? tetangga-tetangga gue, om gue, tante gue? bahkan nyokap gue. Mereka kemana? Kalau gue ngasih tau mereka apa impian gue, mereka hanya diam. Mungkin dalem hati mereka bilang "emang lo bisa?".
Ini semua membuat gue sadar bahwa ternyata gue lebih sayang temen-temen daripada keluarga gue sendiri, daripada tetangga gue sendiri. Intinya gue selalu mencintai mereka yang mendukung untuk mewujudkan mimpi-mimpi dan dalam hidup gue itu 90% dorongan dari teman-teman, 10% dari keluarga.
ENOUGH!
ENOUGH!
No comments:
Post a Comment